Sabtu, 10 Agustus 2013 , 05:34:00
Nasida Ria, Legenda Kasidah Indonesia, Bertahan Tak Lekang oleh Zaman
Pendiri Tinggal Dua, Promosi Album Ke-34 lewat Facebook
Grup Kasidah Modern Nasida Ria. Foto: Dok Pribadi
Legenda kasidah Indonesia layak
disandang grup kasidah modern Nasida Ria. Grup musik islami itu
didirikan pada 1975, namun hingga kini masih eksis. Lagunya tetap enak
didengar dan penggemarnya ada di mana-mana.
KHAFIDLUL ULUM
Perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian, perdamaian perdamaian...
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai...
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai...
Bingung bingung ku memikirnya...
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai...
Banyak yang cinta damai, tapi perang makin ramai...
Bingung bingung ku memikirnya...
Lagu itu diciptakan sejak 1980-an, namun
hingga kini masih sangat populer. Anak-anak hingga kakek-kakek masih
senang dengan lagu tersebut. Bahkan, banyak grup kasidah yang membawakan
lagu itu saat tampil di panggung. Tentu hal tersebut membuat lagu itu
semakin populer.
Selain lagunya yang masih digemari, grup
kasidah yang menyanyikan lagu tersebut tetap eksis hingga sekarang,
yaitu Nasida Ria, Semarang. Personel mereka juga masih lengkap.
’’Kami tetap kompak hingga sekarang dan
akan terus berkarya,’’ ujar Rien Jamain, salah seorang personel Nasida
Ria yang termasuk generasi pertama, saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos
akhir bulan lalu.
Personel grup kasidah itu terdiri atas
10 orang. Semua kompak datang saat diundang tampil dalam grand final
Festival Ramadan Jawa Pos. Selain Rien Jamain, ada Mutoharoh, Afuwah,
Nadhiroh, Norjannah, Hamidah, Tantowiyah, Romna, Sofiyatun, dan Siti
Mukaromah. Mereka datang bersama sang manajer, Coliq Zain. ’’Personel
yang datang komplet. Kami senang bisa tampil di Surabaya,’’ jelas Rien.
Menurut dia, walaupun komplet, banyak di
antara mereka yang termasuk generasi kedua. Yang tersisa dari generasi
pertama hanyalah dirinya dan Mutoharoh.
Ke mana generasi pertama yang lain? Rien
menyatakan, setelah menikah, banyak di antara mereka yang ikut suami.
Ada yang pindah ke Cilacap, Jepara, dan daerah lain. Karena pindah
tempat tinggal, mereka akhirnya tidak bisa ikut latihan lagi.
Namun, ujar Rien, walaupun banyak yang keluar, banyak pula yang bergabung. Buktinya, personel itu masih lengkap sepuluh orang. Para penggemarnya pun tetap setia dan merindukan penampilan mereka. Kerinduan penggemar terlihat saat Nasida Ria tampil dalam grand final Festival Ramadan Jawa Pos di lapangan Makodam V/Brawijaya.
Namun, ujar Rien, walaupun banyak yang keluar, banyak pula yang bergabung. Buktinya, personel itu masih lengkap sepuluh orang. Para penggemarnya pun tetap setia dan merindukan penampilan mereka. Kerinduan penggemar terlihat saat Nasida Ria tampil dalam grand final Festival Ramadan Jawa Pos di lapangan Makodam V/Brawijaya.
Banyak penonton yang meminta tanda
tangan. Kaset mereka yang dijual saat event tersebut pun laris manis.
Mereka terlihat mengelu-ngelukan grup musik islami itu. Bahkan, ada
penonton dari Tuban hingga Malang yang datang berombongan demi melihat
grup musik kesayangannya itu.
Rien mengungkapkan, membuat grup
tersebut tetap eksis dan digemari masyarakat tidaklah mudah. Butuh
semangat dan perjuangan. Namun, yang paling penting adalah kekompakan
anggota kasidah.
Nama Nasida Ria memang pernah tenar,
pernah pula meredup. Mereka pun terus menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman. Kondisi dulu saat grup itu baru berdiri berbeda dengan kondisi
sekarang. ’’Kami akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi,’’
terangnya.
Rien pun menceritakan awal berdirinya
Nasida Ria. Menurut dia, Nasida Ria didirikan H M. Zain, seorang dewan
hakim musabaqah tilawatil Quran (MTQ), lomba membaca Alquran tingkat
nasional. Selain dewan juri lomba tilawah Alquran, Zain senang dengan
lagu-lagu islami. Suaranya yang merdu saat membaca Alquran sangat
mendukung dirinya dalam menyanyikan lagu islami.
Kecintaan Zain terhadap musik islami
tidak hanya dinikmati sendiri. Dia pun berusaha menularkan kepada para
santrinya yang belajar di pondok pesantren yang dipimpinnya. Pondok
pesantren yang dikelola itu hanya dikhususkan untuk santri perempuan.
Selain tartil Alquran, Zain mengajari para santriwati belajar musik
islami. Awalnya, para santriwati dilatih bermain terbang atau rebana.
Pelan-pelan mereka dilatih menyanyikan
lagu-lagu islami. Jadi, ada yang bermain musik dan ada pula yang
menyanyi. Selain rebana, ada yang berlatih keyboard dan gitar. Setelah
dilatih, ternyata banyak santriwati yang berbakat bermain musik. Mereka
pun semakin senang berlatih musik islami.
Setelah sering berlatih dan semakin
mahir, mereka diminta tampil oleh Zain. Misalnya, saat acara
halalbihalal, pernikahan, dan tasyakuran. Mereka kemudian diundang untuk
tampil di tempat-tempat yang lebih jauh. Setelah banyak orang yang
mengenal, mereka pun semakin sering mendapat undangan untuk tampil.
Nama Nasida Ria pun semakin tenar.
Selain di daerah asal, Semarang, mereka tampil di luar kota. ’’Daerah di
Jawa Tengah kami jelajahi,’’ kata Rien.
Melihat anak didiknya semakin pintar
bermain musik, Zain pun memutuskan untuk menamai grup musik itu. Nasida
Ria menjadi pilihan. Nasid berarti nyanyian dan ria bermakna gembira.
Jadi, artinya, bernyanyi dengan gembira.
Rien mengungkapkan, nama itu sangat
cocok karena para personel sangat gembira saat menyanyikan lagu-lagu
islami. Mereka lantas mengeluarkan album perdana, yaitu Ala Baladil
Mahbub, Negeri Tercinta Indonesia. Album itu terdiri atas 10 lagu. Nama
mereka pun semakin tenar dan diundang ke mana-mana. Bahkan, mereka
mendapat undangan untuk tampil di Jerman dalam event pameran seni Islam.
’’Kami ke Jerman dua kali,’’ ucapnya.
Setelah sukses dengan album perdana,
mereka meluncurkan album kedua, Waiyyak, Kepadamu. Kemudian, keluar
album-album lain yang tidak kalah tenar. Yang juga booming adalah album
Perdamaian. Nama Nasida Ria pun semakin berkibar. Selain ke Jerman,
mereka diundang manggung di Malaysia.
Namun, nama mereka sempat meredup saat H
M. Zain sebagai pendiri grup musik itu meninggal pada 2002. Rien
menyatakan, dengan meninggalnya sang pendiri, Nasida Ria dikira sudah
bubar. Hal itu memengaruhi nama besar mereka. Para anggota pun
terpengaruh oleh kematian sang kiai yang selama ini berjasa membesarkan
nama grup musik tersebut.
Undangan manggung pun berkurang. Jika
biasanya sibuk mendatangi undangan, waktu mereka pun agak longgar.
’’Undangan tetap ada, tapi tidak sebanyak sebelumnya,’’ ujarnya.
Para personel pun tidak mau berlama-lama
dengan kesedihan. Mereka ingin tetap mengembangkan grup musik itu.
Walaupun undangan manggung berkurang, mereka berusaha bangkit.
Mereka kemudian memanfaatkan sarana yang
ada. Salah satunya, melalui internet. Saat itu, kata Rien, Facebook
sedang ramai. Dia pun menggunakan media sosial itu untuk memberi tahu
para penggemar bahwa Nasida Ria tidak bubar dan tetap eksis.
Mengetahui hal tersebut, para penggemar
pun sangat senang. Banyak yang pesan VCD lagu. Lagu-lagu lama pun
semakin diminati. Pesanan VCD lagu Nasida Ria cukup banyak. Kemudian,
pada 2010, mereka mengeluarkan album baru, Cahaya Ilmu. Itu adalah album
ke-34.
Rien mengungkapkan, pihaknya akan terus
berkarya. Selama ini, kebanyakan lagu Nasida Ria diciptakan KH Bukhori
Masruri, Semarang. Namun, ada pula yang diciptakan seniman musik islami
lainnya. Grup musik itu memang harus pintar-pintar menyesuaikan diri
dengan zaman karena semakin banyak grup musik yang muncul.
Munculnya grup musik yang lain tidak
membuat Nasida Ria takut tersaingi. Mereka malah senang dengan banyaknya
grup musik baru yang muncul. ’’Juga banyak lagu kami yang dinyanyikan
grup musik sekarang. Kami malah bangga,’’ ucapnya. Hal itu membuat grup
tersebut lebih bersemangat berkarya.
Manajer Nasida Ria Coliq Zain
menyatakan, grup musik itu sampai sekarang tetap eksis. Sebab, para
personel selalu menjaga kekompakan. Setiap ada masalah, mereka selalu
duduk bersama menyelesaikannya. Jika ada salah seorang anggota yang
terkena musibah, anggota yang lain membantu.
Sampai saat ini, mereka juga rutin
bertemu. Setiap Rabu dan Sabtu, mereka berkumpul bersama untuk bermain
musik. ’’Ya kadang hanya kumpul-kumpul,’’ katanya.
Coliq tidak menerapkan sistem yang kaku
seperti perusahaan. Dalam mengatur Nasida Ria, dia menerapkan sistem
kekeluargaan. Jadi, semua dianggap keluarga. Itulah yang menjadikan
seluruh anggota selalu senang saat bertemu dan berkumpul. Mereka merasa
memiliki grup musik itu. ’’Kami saling terbuka,’’ ucapnya.
Walaupun sudah cukup senior, pihaknya
akan terus berinovasi. Berbagai alat musik pun mereka pelajari agar bisa
mengikuti perkembangan musik. (*/c5/kim)
http://www.jpnn.com/read/2013/08/10/185519/Pendiri-Tinggal-Dua,-Promosi-Album-Ke-34-lewat-Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar